Home » » Struktur Metode Ilmiah

Struktur Metode Ilmiah

Suatu penelitian akan berhasil dengan baik apabila dilakukan sesuai dengan struktur metode ilmiah. Struktur metode ilmiah memiliki beberapa langkah yang terdiri atas perumusan masalah, pembuatan kerangka berpikir, penarikan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.


A. Perumusan Masalah
   Menurut Ritchie Colder, proses kegiatan ilmiah dimulai saat manusia tertarik terhadap sesuatu. Ketertarikan ini karena manusia mempunyai sifat perhatian. Pada saat manusia tertarik terhadap sesuatu, sering dalam pikirannya timbul berbagai pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu menurut John Dewey dinamakan sebagai suatu masalah atau kesukaran. Jadi, perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait didalamnya.
   Agar masalah dapat diselesaikan diperlukan ilmu. Oleh karena itu, ilmu bersifat objektif, yaitu menggunakan akal pikiran yang berdasarkan penalaran. Di dini ilmu sebagai pembatas masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia.

B. Penyusunan Kerangka Berpikir
   Untuk menyusun kerangka berpikir diperlukan keterangan-keterangan, baik secara teoritis maupun keterangan dari fakta empiris yang berhubungan dengan permasalahan. Teoritis disini maksudnya adalah penjelasan mengenai gejalayang terdapat dalam dunia fisik atau suatu penjelasan-penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan. Penjelasan ini harus didukung fakta-fakta empiris agar dapat diakui kebenarannya. Jadi, penyusunan kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai faktor yang berkaitan dan membentuk konstelasi yang harmonis dalam usaha menjawab permasalahan. Kerangka berpikir disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faoktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan. Keterangan-keterangan untuk menyusun sebuah kerangka berpikir dapat diperoleh dari buku-buku laporan hasil penelitian orang lain, wawancara dengan pakar, dan melalui pengamatan langsung yang ada dilingkungan.
   Keterangan-keterangan tersebut akan memunculkan sebuah kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini berguna sebagai landasan untuk menarik hipotesis

C. Penarikan Hipotesis
   Setelah mengkaji fakta-fakta yang menyusub kerangka berpikir, kita dapat menarik hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan atau pertanyaan yang diajukan berdasarkan kesimpulan kerangka berpikir yang dikembangkan. Dikatakan sebagai jawaban sementara sebab hipotesis ini baru mengandung kebenaran yang bersifat logis dan teoritis. Padahal telah disepakati bahwa kebenaran ilmu harus mengandung kebenaran yang bersifat logis dan empiris.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dan pengetahuan ilmiahyang sudah diketahui sebelumnya. Jadi, kemajuan ilmu sebenarnya tidak dilakukan oleh sekelompok kecil orang jenius dengan bahan pikiran yang monumental, melainkan oleh manusia biasa yang selangkah demi selangkah menyusun kumpulan ilmu berdasarkan penemuan sebelumnya.
   Melalui penarikan hipotesis ini, metode ilmiah sering dikenal sebagai proses logico-hypothetico-verifikasi, atau menurut Tyndall sebagai perkawinan yang berkesinambungan antara deduksi dan induksi. Proses induksi berperan dalam tahap verifikasi atau pengujian hipotesis, di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.
   Hipotesis disusun sebagai jawaban permasalahan yang bereksistensi secara empiris dengan pengamatan kita yang turut mempengaruhi proses berpikir deduktif. Kegiatan seperti ini akan mendekatkan hipotesis pada dunia fisik yang secara teoritis mempunyai peluang untuk diterimanya hipotesis tersebut.

D. Pengujian Hipotesis
   Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan dengan percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data yang berupa angka untuk mempermudah penarikan kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti pengumpulan fakta-fakta yang mendukung hipotesis atau tidak.

E. Penarikan Kesimpulan
   Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat fakta yang cukup untuk mendukung hipotesis maka hipotesisi itu diterima. Sebaliknya, jika dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup untuk mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan penetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Pengertia kebenaran di sini harus ditafsirkan secara tentatif (tidak mutlak), artinya bahwa sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

1 komentar:

  1. Semoga cara berpikir ilmiah membantu kita menemukan jawaban apa rti hidup sebenarnya...

    ReplyDelete

Popular Posts

Random Post